Dasar
Filsafat Indonesia
Pemikiran Indonesia mempunyai cara
berbagai ragam yang mempengaruhinya. Kesukuan disetiap wilayah Indonesia
bermacam-macam. Budaya melingkupi cara berpikir manusia Indonesia. Tidak
terbayangkan banyaknya perbedaan. Negara mana terbesar dari suku dan bahasa
terbanyak? Pastinya di Indonesia. Perlu diingat bahwa orang Indonesia telah
mengalami trans budaya yang lebih berkembang. Adanya kesukukan dan pengaruh
Portugal, Ingris, Arab, China, Persia, India. Mengapa Indonesia begitu sangat
terbuka, dan didatangi oleh dari seluruh penjuru dunia. Alasan cuma satu yaitu,
Indonesia adalah surga. Entah spekulasi Plato tentang Atlantis dan setelah
diselidiki adalah berada di Indonesia. Surga dalam konotasi yang lebih tepat
adalah harapan, kemakmuran, impian, bayangan keindahan. Bisa ditanyakan arti
surga untuk bayangan orang Ingris, atau Eropa pada umumnya.
Mereka mempunyai perasaan
menyenangkan sekali bila menemui matahari. Tidak salah mereka seharian berjemur
di pinggir pantai. Mereka merasakan bahwa kehangatan tidak dapat di dapatkan
selama setahun. Eropa pada umumnya mempunyai 4 musim, yaitu musim semi, gugur,
dingin, dan panas. Pada musim keseluruhannya di malam hari sangat dingin. Jadi
di mana bisa menemui panas? Mereka merendam seharian dengan air hangat. Mereka
tahu bahwa kondisi badan akan muda sakit. Berendam air panas salah satu yang
bisa mereka lakukan. Bayangan tentang surga ada di Indonesia adalah tidak benar
bila masuk pada konsepsi kepentingan asing ingin menguasai. Untung saja
pemikiran orang Indonesia lebih pintar, walau kepintaran orang Indonesia adalah
orang Padang. Mereka suku yang mempunyai filosofi yang menarik. Banyak ungkapan
membuat logis-logisme. Mereka tahu cara mereka lebih unggul. Tidak terbayangkan
negara sebesar ini tidak ada suku sepintar Padang. Ada singkatan dari setiap
Suku Indonesia, Padang adalah,"Pandai Dagang." Merekalah pendiri
bangsa ini. Dari nama pendiri negara ini adalah orang Padang yaitu, Muhammad
Hatta, Muhammad Yamin, Nasir, Haji Agus Salim, mereka negosiator unggul luar
biasa dalam perundingan tingkat tinggi. Negara ini supaya tidak dirugikan dari
setiap perjanjian internasional.
Ditambah orang-orang Jawa lebih
memimpin, ada ungkapan juga mengenai orang Jawa,"Jaga Wibawa."
Nyatanya presiden Indonesia adalah orang Jawa. Memang mereka memiliki pembawaan
yang santai, senyum walaupun kesal dengan siapapun atau tidak disukainya. Model
kepemimpinan orang Jawa lebih langgeng. Terbukti juga sekali orang bukan jawa
memimpin cepat sekali digantikan. Faktor budaya mempengaruhi pembawaan politik.
Tidak heran Jawa menduduki rengking tertinggi untuk memimpin di
Indonesia.
Jawa memiliki tata krama yang
tinggi. Mereka sudah mempunyai aturan yang sangat sopan. Tindak-tanduk mereka
terlihat bersahabat walau tidak menyukai. Budaya mereka sudah secara tidak
langsung mengajarkan politik. Perdagangan Jawa tidak terlalu terkenal.
Perdagangan maju karena ada budaya China masuk menduduki untuk berdagang,
jadilah Cina-Jawa. Mereka sekarang dari sintesis Cina-Jawa dengan adanya
perkawinan banyak diantara mereka menjadi konlongmerat. Sintesis Cina-Jawa
pertemuan antara kebudayaan membawa perubahan perekonomian. Walau tidak
menyeluruh namun Cina-Jawa keturunan memegang kuat perekonomian di Indonesia.
Faktor sistesis budaya berhasil menyempurnakan cara berbisnis.
Filosofi,"alon-alon asal kelakon." (Pelan-pelan asal dilakukan) Hal
tersebut ciri kedaerahan tersendiri. Menciptakan kesungguhan dalam melakukan
apa saja. Tidak perlu cepat-cepat, tidak perlu memaksa.
Pemikiran Indonesia adalah sistesis
budaya multi etnis, antara kedaerahan dan pendatang, Cina, Eropa, Arab. Pada
pertautannya membuat cara berpikir menyesuaikan kondisi. Karena tidak ada 100%
aliran filsafat tanpa perkawinan ganda di Indonesia. Dari filsuf R.Ngabehi
Ronggowarsito dengan penuh sistesis antara Hinduisme, Budhisme, Islamisme
dengan menguasai Tasawuf, dan menggabungkannya melahirkan Kejawen. Penyebutan
Kejawen disebabkan sistesis budaya pendatang dan keyakinan lokal Jawa. Tokoh
Ronggowarsito sudah menjadi rujukan orang Jawa dalam keyakinannya. Walau itu
Filsafat Prakemerdekaan Indonesia, pemikirannya masih hidup ditengah-tengah
Jawa modernitas sekarang.
Perkembangan pemikiran orang Jawa
sangat lambat, mereka asik mengolah rasa. Mengolah cara-cara orang tua
terdahulu. Mereka selalu menghormatinya dan 'laku' yaitu sikap hanya melakukan
untuk sampai pada spiritual tertentu. Manusia harus 'manut' yaitu, manusia ya
harus taat, menurut apa yang diajarkan. Berdasarkan ajaran dari turun temurun
mendengar dan laku. Memang terlihat setelah Ronggowarsito tidak ada filsuf
lainnya, dikarenakan konsep-konsep turun termurun tanpa tulisan. Ditambah
tulisan, atau buku itu sangat dijaga. Tidak boleh semua orang boleh melihat,
apa memegang untuk membacanya. Oleh sebab itu pemikiran orang Jawa masih asik
dengan pemikiran Ronggowarsito. Bila ditanya, apa Filsafat Jawa? Ya hanya
Ronggowarsito.
Peralihan kerajaan lalu menjadi
Negara Indonesia memakan waktu yang sangat lama. Salah satunya perkembangan
pendidikan orang Indonesia tidak ada yang terbaik. Orang yang boleh sekolah
adalah orang bergelar Bangsawan Keraton, atau seorang anak pedagang yang kaya.
Lebih dari itu tidak ada pendidikan pada kaum pribumi. Kalangan Pribumi adalah
kalangan buruh, petani, kelas bawah yang tak cocok untuk berpikir. Pemisahan
antara kaum jelatah dan kaum bangsawan dimulai dari pemikiran Hindu dengan
memberikan kasta atau tingkatan bermasyarakat. Dikenal dengan kaum Sudra,
Ksatria, Bharahmana. Sudra yaitu, buruh, pengemis, pelacur. Waisa yaitu, orang
pekerja, berdagang. Ksatria, raja, pangeran, putri, pejabat, politikus.
Bharahmana adalah orang pemimpin spiritual, orang berilmu, menjadi tempat
bertanya. Masih dipakai oleh kalangang orang kerajaan hingga saat ini.
Merekalah membuat terjajahnya negeri ini, mereka memelihara kebodohan
dimasyarakat dengan sistematis tekanan melalui agama dan budaya.
Posisi kemasyarakatan kerajaan di
Nusantara ketinggalan, dan termakanlah oleh Eropa yang sudah berhasil dalam
pendidikan untuk semua warganya. Renainssance sudah pada abad 13-14 berlangsung
sedang di nusantara pada pendidikan masyarakatnya masih pendidikan dari orang
tua. Pesantren sudah termasuk bagus, namun keilmuan agama keislaman tidak cukup
melawan pengaruh Barat. Tidak ada program besar dari kerajaan. Orang Barat
pemikirannya pada waktu itu sudah menghasilkan Doktor. Sedang di Indonesia
seperti Soekarno, dan Hatta masih belajar pada tahun 1933. Masih perlu
pemikiran yang lebih banyak lagi untuk membangun bangsa Indonesia. Soekarno
menghasilkan karya "Di Bawah Bendera Revolusi" pada tahun 1960. Buku
tersebut tentang pemikiran Ideologi mensintesiskan Nasionalisme, Islamisme, dan
Komunisme. Pemikiran yang masih semangat tentang "ruh perubahan nation
atau kebangsaan telah hadir diseluruh negeri." Semangat karena
"ruh-ruh" sebuah kebangsaan mesti ada yaitu dengan adanya prinsip
kebangsaan bangkit. Hadirlah pemahaman Nasionalisme, namun tidak bisa rasanya
hadir sebuah "nation" tanpa adanya keyakinan. Dalam keyakinanlah
bahwa kebersamaan itu akan hidup, keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ada di
Islam, maka Islamisme juga dibutuhkan untuk membangkitkan negara ini. Karena
Tuhan telah dipersatukan dalam negara penuh perbedaan. Indonesia juga
membutuhkan perekonomian yang merata, dan tidak ada sikap kelas bawah dan tuan
tanah saling menguasai. Rakyat Indonesia harus mempunyai prinsip Sosialisme,
sama rata, perekonomian dari rakyat untuk rakyat. Pemikiran Soekarno
berkembang, dan mendapatkan perlawanan. Itulah memoar Soekarno memecahkan
tradisi orang Jawa yang mendengar dan laku.
Lahir juga pada Filsafat Pancasila,
namun bagi saya tidak terlalu menarik. Mungkin nantinya akan tuliskan lebih
jauh mengenai itu. Pada prinsip lebih akademis ketimbang penganut pada prinsip
filsafat tertentu. Pemahaman Filsafat Pancasila adalah pencarian anak Indonesia
dalam mempertanyakan Filsafat Indonesia itu seperti apa? Dan bagaimana?
Lahirlah konsep Pancasilaisme. Sungguh tidak sangat menarik pada pemikiran.
Bila ingin membangun militer, dan bangsa tidak ada artinya. Sebab, proses akhir
dari penjelasan tentang Filsafat Pancasila adalah,"bagaimana kemakmuran
masyarakat? bagaimana keadilan masyarakat." Rumusan Pancasilaisme adalah
makanan para siswa dasar untuk digiring agar negara ini tidak kosong-kosong
sekali. Bila tidak ada pemahaman Pancasila lalu mau diajarkan apa? Lebih baik
anak-anak itu diajarkan Matematika, supaya tidak ada korupsi. Pernah Plato
menuliskan di akademi pada 500 tahun Sebelum Masehi,"Dilarang memasuki
pintu ini, selain mengerti Matematika."
Memoar Filsafat Indonesia banyak
yang saya pernah membaca salah satunya, R. Paryana Suryadira. Beliau seorang
dokter pernah menjadi kepala dokter di Rumah Sakit Semarang. Buku yang di
tulis,"Alam Pikiran" di dalamnya penjelasan secara bermacam-macam
cabang filsafat untuk menjelaskan dengan keberadaan kesadaran tentang Tuhan
tertinggi. Tentang manusia berpikir pada alam setan, jin, malaikat, adalah
proses berpikir dan berakhir kepada pemikiran tentang Tuhan. Pengaruh akademis
mengenai tentang otak yang digeluti menjadi ciri filosofis menarik pada
pembacanya. Penyampaian tulisan saya ini diharap dapat membangunkan para
pemikiran Filsafat Keindonesian lebih matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar