Filosofi Debu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, debu berarti serbuk halus dari tanah, abu dan sebagainya.
Ya, benar demikianlah arti debu di mana pun kita berada. Kebanyakan manusia
benci dengan debu. Terlebih lagi jika debu beterbangan dan akhirnya menempel
pada tempat-tempat atau benda-benda milik manusia. Namun, itulah takdir yang
dibawa oleh debu.
Debu
memiliki makna yang luar biasa. Apabila dikaitkan dengan tingkah laku dan sifat
manusia adakalanya relevan. Debu juga makhluk hidup seperti halnya tanah karena
ia bagian dari tanah yang sangat halus. Awalnya, debu tinggal bersama tanah di
mana tempat manusia dan hewan menginjakkan kaki mereka. Keberadaan mereka
sungguh hina karena diinjak-injak semua makhluk daratan. Debu akan berhamburan
dan menyebar ke seluruh jagat jika angin meniupnya dan mereka menempel di mana
pun karena mereka sangat ringan tak berdaya. Kadang mereka dapat membubung
tinggi sampai awan karena arus angin yang membawanya. Hal itu, juga menjadi
simbol bagi sebagian manusia. Sebaik-baik dan serendah-rendah hati manusia akan
menjadi congkak karena terbawa arus lingkungan dan melambung tinggi di antara
manusia-manusia yang lain atau sebab peristiwa yang menimpa diri manusia
tersebut.
Selain
itu, debu juga menjadi simbol orang yang memiliki sifat lembut, namun jika
suatu saat mengalami peristiwa yang dianggap tak pantas untuk dirinya, ia akan
berkata-kata yang sangat pedas tanpa ampunan. Seperti halnya debu saat mengenai
mata yang menjadikan rasa pedih dan memerahkan mata. Tidak pernah menyadari
bahwa ia mampu hinggap di mana-mana karena dibawa angin, bukan karena memiliki
sayap atau ditakdirkan mampu terbang dengan kesengajaan.
Suatu
lambang kerendah hatian manusia terletak di sini. Sejenis dengan tanah,
bebatuan, tetapi debu adalah puing-puing dari mereka yang selalu tak pernah
dihargai manusia. Kebanyakan orang mencelanya karena debu dianggap membuat
semuanya kotor dan menimbulkan berbagai macam penyakit. Padahal, debu adalah
makhluk yang lembut, ringan tangan dan semua itu adalah tugasnya. Debu tidak
pernah mengenal lelah dibawa ke mana pun oleh angin, selalu mengalah jika ada
manusia atau makhluk lain yang melewatinya, menghindar dan menghambur hormat
dengan menempel di mana debu bisa singgah.
Manusia
selalu tidak menyadari bahwa sebenarnya sangat membutuhkan debu di saat-saat
tertentu. Bagi mereka yang beragama Islam sangat membutuhkan debu ketika mereka
dilarang terkena air oleh petugas kesehatan atau ketika kekeringan melanda,
mereka butuh debu untuk bertayamum.
Ketika
debu itu dihina dan dicaci manusia, mereka tidak pernah sedikit pun marah atau
murka dengan orang yang memakinya. Debu selalu mendengarkan dan melihat apa
saja yang dilihat dan didengarnya. Debu tidak memiliki rasa pendendam sedikit
pun.
Dari
kisah debu tersebut dapatlah dikaitkan dengan sifat-sifat yang ada pada
manusia. Debu itu seperti manusia yang berilmu dengan kerendahan hatinya, yang
tunduk dan hormat dengan siapa saja dan tak mengenal itu kaya miskin atau
bangsawan. Lambang dari sifat halus dan kelembutan hati manusia, mendengarkan
ketika dinasihati dan mengalah ketika ada orang yang angkuh padanya. Diam dan
tenang adalah senjata terampuhnya dalam menghadapi kekacauan hidup. Debu itu
penolong orang yang akan bersuci untuk menghadap ke Tuhan Yang Maha Esa.
Mengamati
hal-hal tersebut, jadilah manusia yang memiliki sifat penolong, lembut hati,
rendah hati, patuh, hormat, dan tidak pendendam kepada siapa pun, entah itu
manusia ataupun makhluk lainnya. Teladanilah sifat baik para debu karena debu
adalah bagian tempat di mana kita dapat berjalan dan bersujud. Inilah Filosofi
Debu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar