DAUN YANG GUGUR, TIDAK PERNAH MENYALAHKAN ANGIN
…biarlah seperti daun yang jatuh.. biarlah seperti daun yg
jatuh, yg tidak akan pernah membenci angin meski terenggutkan dari tangkainya…
Sudah
sebuah hukum alam, bahwa ketika daun-daun itu berguguran dari pohonnya, tidak
lain adalah karena angin yang berhembus dan menggoyahkan pertahanannya pada
pohon. Namun mengapa mereka tidak menyalahkan angin itu? Karena mereka tau,
pada dasarnya tubuh mereka memang sudah lemah, tertelan usia, terenggut waktu.
Mereka yang berguguran adalah mereka yang sudah mencapai batas waktunya,
Pertanyaannya
adalah, apakah mereka menyesal? Ternyata mereka tidak. Karena mereka sadar dan
tau pasti, bahwa takdir kehidupan di atas pohon hanya sampai hari itu. Hari
dimana sang angin berhembus dan membawa mereka berjatuhan di atas tanah.
Jikalau
daun itu ingin memberikan toleransi pada ego mereka, banyak hal yang dapat
dilakukan, seperti menghakimi batang yang tidak memegangnya erat sehingga
akhirnya terlepas karena hempasan angin. Atau bahkan meminta akar untuk tidak
menyerap apapun dari tanah sehingga pohon itu tidak akan bertambah tua, dan
daun-daun itu akan tetap kuat tanpa harus menjadi rapuh. Banyak hal yang dapat
daun lakukan, sebelum dia menunjuk pada dirinya sendiri.
Tapi
ternyata daun-daun itu memilih jalannya, untuk tidak melibatkan banyak pihak,
pada takdir yang memang harus dirasakannya, yang menjadi bagian dari
kehidupannya.
Berhentikah
mereka sampai disitu? Ternyata tidak. Saat mereka berguguran diatas tanah,
mereka tau bahwa mereka akan dikumpulkan dengan saudaranya yang lain, kemudian
dicampurkan dengan sisa pembuangan lainnya. Tapi mereka berkumpul bukan untuk
menjadi pengganggu bagi ekosistem kehidupan, namun menjadi sumber bagi
tumbuhnya daun-daun baru. Ya, memang hanya pupuk kompos, namun mereka tau bahwa
akhir hayatnya akan ditutup dengan memberikan kebermanfaatan yang sangat luas.
Lalu
untuk apa mereka menyalahkan angin, jika ternyata ialah yang mengantarkan
mereka pada akhir yang membahagiakan?
Meski
itulah takdir yang harus dilewati oleh mereka, tapi ternyata tidak menjadi
buruk diakhirnya. Mungkin daun-daun itu pernah berpikir bahwa keberadaan mereka
di atas pohon sangat bermanfaat untuk menciptakan oksigen yang diperlukan bagi
seluruh makhluk hidup di bumi ini, dan jika mereka gugur, maka gugurlah
kebermanfaatan itu. Tapi ternyata skenarioNya tidak berhenti sampai disitu. Ada
yang lebih indah menanti mereka di depan sana. Hanya perlu pasrah dan
bertawakkal, terhadap janjiNya yang selalu pasti.
Apa
yang akan terjadi jika daun-daun itu menyalahkan angin? Tentu ia hanya akan
meratapi diri, tenggelam dalam kesedihan dan merasa malu terhadap keadaan. Ia
bersembunyi dibalik telunjuknya terhadap angin. Berkoar-koar kesana kemari,
mengatakan bahwa anginlah yang menyebabkan kehidupannya berakhir dan menderita
tanpa menjadi bermanfaat lagi bagi ekosistem kehidupan.
Ada
sebuah pepatah, saat satu jari telunjuk diarahkan pada orang lain, maka empat
jari lainnya mengarah pada diri kita sendiri.
Mungkin
daun-daun itu memahami benar makna dari pepatah tersebut. Ia sadar bahwa dengan
menyalahkan angin, ia tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Ia tetap akan
dipandang sebagai daun yang gugur, tidak dapat berfotosintesis, dan hanya
mengotori tanah. Namun ia mampu bangkit menatap masa depan, mereka memiliki
harapan dengan berpikir positif terhadap takdir yang disuratkan olehNya. Karena
mereka yakin bahwa di setiap kejadian pasti akan ada hikmahnya, termasuk
gugurnya mereka diatas tanah. Mereka mencari dan terus mencari sehingga
akhirnya menemukan hikmah yang tersembunyi dibalik takdir itu.
Tak
ada kesedihan untuk menatap kehidupan setelah hempasan angin yang menyebabkan
mereka berguguran, karena mereka tau apa yang harus dilakukan. Tidak lagi
bergantung pada batang, memohon pada akar, atau bahkan menyalahkan angin.
Mereka hidup dengan penuh optimisme, yakin bahwa garis kehidupan mereka sudah
dipersiapkan dengan sangat matang oleh Sang Pemilik Skenario. Hanya perlu
bersabar, dan terus berusaha untuk menemukan scene yang diinginkanNya, tanpa
harus mengeluh ataupun menyalahkan keadaan.
Karena
setiap makhlukNya yang terlahir ke dunia, tak lepas dari puzzle-puzzle yang
terpisah, yang meminta dirangkai untuk menemukan kebahagiaan yang hakiki. Hanya
perlu kembali menunjuk pada diri sendiri, seberapa kuatkah kita untuk
berpetualang dalam skenarioNya?
A falling leaf does not hate the wind.
(Anonymous Zen proverb; also in the movie Zatoichi)
(Anonymous Zen proverb; also in the movie Zatoichi)
Lalu, siapkah kita belajar pada daun?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar