Filosofi Golok Cilegon
MerahPutih
Budaya - Sebagai tanah para Jawara, tidak mengherankan apabila Banten memiliki
pusat-pusat golok di berbagai daerah yang berada dalam lingkup wilayahnya.
Kota
Cilegon yang berada di ujung barat Banten, ada golok yang khas dan
membedakannya golok dari selatan Banten.
Soal
serangka (sarung golok), tidak ada aturan khusus, namun gagangnya berbentuk
kepala macan. Mengapa kepala macan? Karena bagi pendekar Cilegon, yang
merupakan basis perguruan aliran silat Bandrong dan Terumbu, ketika macan
menginginkan sesuatu, ia tidak akan berhenti berjuang sampai keinginan itu
didapat.
Selain
itu, ada golok khusus yang tidak diperjual belikan, yang apabila dipegang oleh
seseorang dan golok itu ingin berpindah pemilik lain, sang pemegang akan
memberikannya begitu saja. Hanya dibuat 12 buah setiap tahunnya yang dibuat
hanya setiap tanggal 12 Bulan Maulud, dimana pembuatnya akan melakukan ritual
khusus dan berpuasa. Sedangkan bahannya terdiri dari 7P (Pahat, Palu, Pacul,
Patuk, Per, Paku dan Pipa).
Yang
menciptakan adalah kasepuhan pendiri perguruan Beru Sakti, yaitu Abah Jamhari
Sakti. Golok ini bisa menebas mereka yang kebal senjata sekalipun.
Untuk
menghunus dari sarungnya, diperlukan teknik khusus, yaitu dengan menekan
sedikit keatas, baru kemudian ditarik sesuai dengan alurnya. Bambang
Andriantoro sendiri sempat menantang merahputih.com untuk mencabut golok jenis
tersebut dari serangkanya, mata golok tak bergeming kecuali setelah dicabut
dengan teknik yang benar. (Ctr )
sumber : indonesiana.merahputih.com/budaya/2016/05/01/ini-filosofi-golok-cilegon/40815/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar