Sabtu, 29 Oktober 2016

Inspirasi dari Filsafat Rasul Allah

Inspirasi dari Filsafat Rasulullah Saw.


            UmatMuhammad.com – “Muhammad” secara bahasa berasal dari akar kata semitik ‘H-M-D’ yang dalam bahasa Arab berarti ‘dia yang terpuji’. Selain itu dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Muhammad dipanggil dengan nama“Ahmad”, yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”. 
            Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya” dan As-Saadiq yang artinya “yang benar”. Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allah, kemudian menambahkan kalimat Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan padanya; sering disingkat S.A.W atau SAW” setelah namanya. Muhammad SAW juga mendapat julukan Abu Qasim yang berarti “bapak Qasim”, karena Muhammad SAW pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
            Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia di dalam pertempuran.
            Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat. “Wahai Rasulullah SAW, bagaimana kriteria orang yang baik itu?” Rasulullah SAW menjawab yang artinya : “Sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain”. Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati oleh para tetangga, anak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat.
            Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput, tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) ia pun akan memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya karena yang namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa, atau membaca Al-Qur’an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta’ala ataupun ibadah.
            Rasul pernah ditanya, “Wahai Rasulullah SAW! Orang yang paling baik itu yang bagaimana?” Rasul menjawab yang artinya : “Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya”. Sudah barang tentu orang yang semacam ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebaliknya, kalaupun ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat akan merasa kehilangan. Rasulullah juga mengatakan : “Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya”.
            Secara lahiriah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, hidup harus teratur makan yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur. Secara spiritual orang ini yang panjang umur ada dua resepnya :
            Pertama. Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil sangat mungkin umurnya pendek.
Kedua. Suka silaturahmi, silah berarti hubungan dan rahmi berarti kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan sesama, saling berkunjung atau dengan saling kirim salam.
            Sementara para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60 tahun, karena sering silaturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah umur itu yang bertambah. Umurnya tetap, tetapi kualitas umur itu yang bertambah.
Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul menjawab yang artinya : “Barangsiapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka dia adalah orang yang beruntung”. Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut adalah orang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang ketiga adalah “Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup”.
            Pernyataan Rasul yang kedua yang artinya : “Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi”. Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisiplinannya dan dedikasinya tidak naik dan juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi. Sementara orang bertanya : Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot? Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu, giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya yang artinya : “Barangsiapa keadaan hidupnya hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam ini dilaknat oleh Allah”.
            Rasul pernah ditanya : “Wahai Rasulullah SAW! Suami dan istri yang paling baik itu bagaimana?” Rasul menjawab : “Suami yang paling baik adalah sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap istrinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan istrinya, tetap menghormati dan menghargai istrinya”.
            Sebab ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit kekurangan istrinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang baik dan mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum wafat. Beliau berpesan : “Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu”. Diulangnya tiga kali. karena kaum waita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seorang suami sudah memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang istri luar biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang istri. Demikian juga andil istri yang membantu mencari nafkah.
            Rasul pernah ditanya : “Wahai Rasulullah SAW! Orang yang benar itu bagaimana?” Rasul menjawab,“Apabila ia berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang benar”. Oleh karena itu para filosof mengatakan, “Orang yang benar bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan, tetapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu”.Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar menurut tuntunan Islam, yaitu : Bekas maling itu lebih baik daripada bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua baik terus, tapi hal itu jarang.
            Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatam bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : “Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan diterima oleh Allah”.
Sabda Nabi yang lainnya : “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”. Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman yang artinya :“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh buah butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Bawarah : 261).
            Tidak ada orang yang suka bersedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka bersedekah.
            Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : “Wahai Rasul! Si Fulan itu orang yang sangat luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan shalat, puasa, i’tikaf, berdoa”.Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, “Apakah orang itu punya keluarga?” Sahabat menjawab, “Punya ya Rasul”. Kata Rasul : “Orang tersebut adalah orang tidak baik! Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah.” Sampai Rasul menyatakan : “Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia”. Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. “Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrawi dan tidak berat sebelah”.
Dikutip dari :

Buletin Pekanan Asy-Syabab, Edisi 032, Rabu 17 Safar 1433/ 11 Januari 2012.Oleh : Fadil Ibnu Ahmad. SUMBER :http://www.umatmuhammad.com/2012/08/21/inspirasi-dari-filsafat-rasulullah-saw/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar