Rabu, 05 Oktober 2016

Makna Sebuah Lilin

Makna Filosofi Lilin, Maukah Kamu Jadi Lilin?


            Selama ini sebagian besar orang memahami lilin sebagai simbol filosofi hidup yang sia-sia. Hanya bisa menerangi sementara dirinya sendiri hancur. Lalu muncul statement jangan hidup seperti lilin. Aku mungkin salah satu dari sebagian kecil orang yang mencoba memahami filosofi lilin dengan perspektif yang berbeda?
Ada cerita tentang lilin. .
            Ada empat buah lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh, suasana begitu sunyi sehingga terdengar percakapan mereka.
yang pertama berkata:
AKU ADALAH DAMAI, namun manusia tidak bisa menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku sendiri saja!!
Demikianlah hingga sedikit demi sedikit sang lilin padam. .
yang kedua berkata:
AKU ADALAH IMAN, sayang, aku tidak berguna lagi. Manusia tidak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.
Begitu selesei bicara tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran lilin ketiga berkata:
AKU ADALAH CINTA.Tak mampu lagi aku tuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci orang yang mencintainya, membenci keluarganya.
Tanpa menunggu waktu lama sang lilin kemudian padam.
tanpa terduga. . Seorang anak masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan ia kemudian berkata :
Eh? apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan.”
Lalu ia menangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu lilin keempat berkata:
Jangan takut, jangan menangis, selama aku ada dan menyala, kita dapat menyalakan ketiga liiln lainnya. AKULAH HARAPAN.
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil lilin harapan, lalu mulai menyalakan ketiga lilin lainnya.
            Apa yang tidak akan pernah mati hanyalah harapan yang ada dalam hati kita.dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun dapat menghidupkan kembali iman, damai, dan cinta. . Dengan harapannya. .
            Lilin, ketika dirinya sendiri meleleh habis terbakar setelah memancarkan cahaya menerangi kegelapan, sesungguhnya apa yang terjadi bukanlah suatu kehancuran. Melelehnya lilin itu pada hakikatnya adalah simbolisasi penyatuan jatidiri dengan pancaran cahaya yang keluar dari api yang membakar dirinya sendiri, itulah yang disebut sebagai puncak dari suatu hikmat pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Hanya mereka yang mau berkorban dengan tulus tanpa pamrih seperti lilin yang akan berhasil mencapai puncak kesadaran kosmik (pencerahan), suatu konsepsi kesadaran yang dibutuhkan sebagai tiket menuju puncak kebahagiaan yang dicita-citakan oleh semua ummat manusia dan bangsa-bangsa di dunia.
            Lilin hanyalah sesuatu yang sederhana, tetapi mampu memberi cahaya. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa ia akan menyinari sekitarnya ketika dalam  kegelapan. Untuk itu, ia harus terbakar, meleleh, habis. Sayang, kemampuannya terbatas pada suatu sudut saja, bercahaya pada titik tertentu. Namun, ketika ada sekumpulan lilin, maka suatu tempat akan bersinar. Ketika ada lebih banyak lilin, maka daratan akan berpijar.
            Kita hanyalah manusia biasa, tetapi mampu membawa pencerahan. Kita memberi pemahaman kepada mereka yang masih belum mengerti, bukan menggarami lautan. Untuk itu, kita harus rela menanggung sakit, berjuang sampai habis. Satu orang mungkin mampu membawa perbaikan pada lingkungan tertentu. Namun, ketika sekelompok orang yang berusaha, perbaikan tersebut akan kian nyata. Ketika ada semakin banyak orang, maka perbaikan menjadi niscaya.
            Menjadi lilin bukanlah pilihan yang menyenangkan. Tapi paling tidak, menjadi lilin adalah pilihan yang gagah, menerangi dan mencoba memberikan seberkas cahaya, meskipun cahaya itu akan menghancurkan dirinya sendiri. Tapi bukankah untuk itu lilin itu ada dan dengan begitu lilin itu berarti. Awal tujuan dari dibuatnya lilin itu adalah untuk menerangi kegelapan.
Apalah artinya lilin kalau nantinya hanya akan disimpan dan tubuhnya hancur menjadi serpihan karna patah atau terinjak atau bahkan hancur dimakan zaman!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar