Niat. Niat
yang berarti mempersiapkan hati untuk berkonsentrasi.
Takbir
al-Ihram. Adalah sebuah pengakuan akan kebesaran Allah. Menggambarkan
pengumuman ke”sholat”an kita. Visualisasinya seperti ketika ada orang lemah
dianiaya dengan cara disiksa atau dipukuli oleh orang kuat maka si lemah
mengangkat tangannya menutupi kepala dengan kedua tangannya sambil berkata
”ampun..ampun...ampuun. Ini menunjukkan bahwa :
Pertama, mengangkat tangan ketika takbiratul
ihram adalah merupakan simbol atau isyarat untuk memohon ampun dari segala dosa
dan kesalahan manusia yang lemah kepada Allah Swt yang Maha Besar sambil
membaca doa iftitah, terus fatihah dan dilanjutkan dengan membaca salah satu
surat dalam al-qur’an yang dianggap mudah.
Kedua, mengangkat tangan
juga merupakan kunci pembuka hubungan manusia dengan Allah sebagai Khaliq
(Tawajjuh) dan menutup hubungan manusia dengan sesama manusia
(Mu‟amalah=sosial), terbukti bahwa setelah takbiratulihram dan kedua tangan
disimpan di atas dada, maka orang yang sedang sholat tidak boleh berkata-kata,
tidak boleh meludah, tidak boleh tengok kanan atau tengok kiri dan lain
sebagainya. Inilah substansi takbir al ihram (takbir yang mengharamkan) artinya
setelah takbir ihram tersebut kita diharamkan berbicara, makan, minum dan lain
sebagainya karena akan membatalkan sholat itu sendiri.
Meletakkan
kedua tangan di atas dada dalam keadaan berdiri.
Tangan kiri dipegang oleh tangan kanan. Gerakan ini merupakan isyarat atau
simbol dari :
Pertama, bahwa posisi
kiri merupakan simbol dari kejelekan atau kejahatan (Ahli syimal=Neraka).
Sedangkan posisi kanan merupakan simbol dari kebaikan (Ahli Yamin=Syurga).
Keadaan seperti ini mengandung makna bahwa kuasailah potensi kejahatan
(Al-Fujur) dalam diri kita oleh potensi kebaikan atau ketaqwaan (Al-Taqwa)
sehingga menjadi manusia yang tidak lupa kepada Allah SWT.dan menjadi manusia
yang berbahagia dunia dan akhirat (QS. Al-Syamsyi : 8-10).
Kedua, Posisi berdiri
mengandung makna perjalanan hidup (Subul Al-hayat) manusia sejak lahir sampai
meninggal dunia. Oleh karena itu hiduplah di jalan kebenaran secara konsekuen
dan istiqomah dan jangan hidup di jalan kejahatan atau kesesatan yang hina.(QS.
al- Mulk : 2).
Pandangan
selalu menunduk ke tempat sujud. Gerakan tersebut mengandung
makna bahwa dalam perjalanan hidup di dunia manusia harus senantiasa ingat akan
tanah tempat sujud artinya kematian, sebab kematian merupakan nasihat yang
paling efektif bagi manusia yang berakal. Dunia merupakan satu-satunya tempat
untuk menebar benih kebaikan. Dan dunia merupakan jembatan untuk menuju akhirat
kelak (al-Dunya Majrah al-Akhirah). Walaupun kematian sesuatu yang sangat
dibenci dan tidak diinginkan kedatangannya oleh manusia tetapi kematian tetap
akan menemuinya jika sudah tiba saatnya.(QS. al-Jum’ah : 8). Kematian datangnya
tiba-tiba dan tidak pernah bisa dihalangi dengan apapun juga. Oleh karena itu
management kematian mesti diperhitungkan oleh orang yang beriman dan bertaqwa.
Orang yang bertaqwa akan menemui kematian dalam keadaan baik (Toyyibiin) sehingga
para malaikat pun berkata : silahkan masuk ke dalam syurga dengan sejahtera.
Selain itu orang yang jiwanya tenang (Mutmainnah) rohnya akan dipanggil keluar
dari jasadnya dengan santun dan penuh kasih sayang serta akan dikumpulkan di
syurga dengan roh- roh orang yang sholeh.(QS. al- Fajr : 27-30). Kondisi
demikian dilakukan pada posisi berdiri. Berdiri bermakna bahwa otak yang
merepresentasikan ego berada di atas hati yang merepresentasikan nurani. Ini
adalah fase dimana ego lebih mengendalikan nurani.
Contoh hidup manusia
pada fase ini adalah fase anak-anak. Diberi gambaran bahwa betapa sulitnya anak
kecil berbagi pada sesamanya adalah gambaran betapa anak kecil
masih didominasi
kesadaran ego dibandingkan kesadaran nurani. Sering ditemui anak kecil yang
tidak mau berbagi permen yang dimilikinya pada adiknya sekalipun. Karena takut
jatahnya berkurang. Ini adalah fase dimana ego masih berada di atas nurani.
Gerakan
berikutnya adalah ruku‟. Adalah gerakan yang
menggambarkan bahwa ego dan nurani berada dalam posisi yang sama, sejajar. Fase
ini menggambarkan fase kehidupan manusia sebagai seorang remaja. Terkadang
antara nurani dan egonya bertentangan. Pernahkah anda merasakan betapa
enggannya kita berbagi tempat duduk di bis kota pada seorang ibu tua? Atau enggannya
berbagi uang jajan kepada seorang peminta-minta di lampu merah? Dalam hati ada
pertentangan. Jika diberi uang kita habis, kalau tidak diberi kok kasihan.
Inilah fase yang digambarkan oleh gerakan ruku’. Seringkali pertentangan itu
kemudian dimenangkan oleh ego kita. Ketidakstabilan fase ini ditegaskan lagi
adanya gerakan berdiri sebelum sujud. Ini menandakan betapa seringkali
pertentangan batin ini dimenangkan oleh ego.
Gerakan
sujud. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa kini ego berada di bawah
nurani. Adalah penggambaran fase kehidupan manusia berada di fase pencerahan.
Fase kedewasaan.
Cerita hikayat tentang
Syaidina Ali bin Abi Thalib. Suatu hari beliau harus membelanjakan uang sebesar
6 dirham ke pasar untuk membeli roti bagi anak-anak beliau. Namun ditengah
jalan, beliau bertemu dengan seorang fakir yang sungguh perlu dibantu. Jika
beliau masih berada di fase ruku’, tentu bisa dibayangkan apa yang akan
dilakukan beliau. Namun beliau memberikan semua uang itu kepada fakir tersebut
dengan ikhlas. “Semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadamu.” Demikian
doa dari sang fakir tersebut. Saat beliau dalam perjalanan pulang, beliau
bertemu dengan seorang sahabat yang sedang berlebihan makanan. Dan beliau
kemudian dibagi yang jumlahnya lebih dari jumlah yang bisa dibeli dengan uang 6
dirham. Itulah gambaran fase sujud dari seorang Ali bin Abi Thalib.
Gerakan
duduk. Adalah penggambaran dari
kepasrahan. Pasrah dan tawakal atas semua keputusan Allah akan dirinya. Betapa
bahwa manusia itu sudah dijamin semua kebutuhan hidupnya di dunia.
Dan
ucapan salam ke kanan dan ke kiri. Adalah
penggambaran betapa kita kelak akan meninggalkan dunia dengan berpamitan kepada
orang-orang terdekat kita. Baik yang di kanan, maupun kiri. Dan memberikan doa,
semoga engkau diberi keselamatan. Selain itu ucapan salam ini merupakan simbol
kembalinya dibuka hubungan manusia dengan manusia yang telah ditutup dengan
gerakan takbiratulihram tadi terbukti setelah kita mengucapkan salam kita
diperbolehkan berkomunikasi kembali dengan sesama manusia. Tetapi tidak menutup
hubungan manusia dengan Allah Swt sebab seluruh gerakan dalam sholat tadi
setelah diketahui filosofinya harus diwujudkan dalam kontek kehidupan sosial
(Innaa sholata tanha ‟anil fakhsyai wal munkari).
Dari pembahasan diatas, maka tujuan sholat adalah:
1.
Supaya manusia menyembah,
tunduk dan patuh hanya kepada Allah Swt saja. (Laa Ilaaha illa anaa fa‟budnii =
Toha : 14)
2.
Supaya manusia senantiasa ingat
kepada Allah Swt yang memberi hidup dan kehidupan. (Wa aqiimishsholata lidzikri
= Toha : 14).
3.
Supaya manusia terhindar dari
perbuatan keji dan munkar. (Innashsholata tanha anilfakhsya wal munkar =
Al-ankabut : 15).
4.
Supaya agama dan kalimah-
kalimah Allah tetap tegak dan hidup di muka bumi ini. (Ashsholatu ”Imaduddin =
al- Hadits).
5.
Pembeda antara seorang Muslim
dan seorang kafir (Alfarqu bainal muslimi wal kaafiri tarkushsholati =
al-Hadits, Man taroqashsholata zihaaroon faqod kafaro = al-Hadits)
Oleh
karena itu, kita harus menjadikan sholat dan doa sebagai senjata. Ada sebuah
kepasrahan yang kurang bisa kita maknai pada sholat kita. Dalam ibadah kita.
Dan dalam keseharian kita. Terkadang sholat kita tidak berdasarkan kesadaran
dan kepasrahan kepada Allah Swt. akan tetapi terkadang seolah ada keterpaksaan
dalam melaksanakan sholat, bahkan yang lebih ironisnya seolah ada keterpaksaan
oleh situasi dan kondisi yang yang dianggap menekannya, contoh bila di rumah
seolah ada keterpaksaan dari orang tua nya (bisa kita rasakan sewaktu kita
kecil), bila di kantor seolah- olah ada keterpaksaan dari pimpinannya. Padahal
justru sholat merupakan kebutuhan pokok bagi kita dan kemestian bagi kita,
tidak lagi merupakan kewajiban yang terkadang dibayangi oleh keterpaksaan.
Pasrah pada keputusan-Nya. Dan percaya bahwa Ia tidak akan memberikan kejadian
yang hanya akan menyulitkan kita. Karena hanya Dia yang paling mengerti kita
sebagai pencipta kita. Dan hanya Dia yang sudah menyiapkan penyelesaian terbaik
untuk kita. Kita pun berpasrah diri pada-Mu. Hanya kepadamu kami mohon
pertolongan. Hanya kepadamu kami bermunajat. Dan hanya kepadamu kami minta
perlindungan.
Ya Allah. Kami mengadu
kepada-Mu. Kami bersujud di hadap-Mu. Dengan segala kesalahan dan dosa kami.
Kami mohon ampun kepadaMu.
Oleh : Hamzah, S.Ag. MH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar