Rabu, 28 Desember 2016

Apa Tujuan Anda dan Bagaimana Hubungan Anda dengan Manusia?

Apa tujuan Anda diciptakan ke dunia?


Bagi saya, pertanyaan ini mengandaikan beberapa syarat sebelum dijawab: pertama, Tuhan itu ada. Kedua, Tuhan yang menciptakan kita. Ketiga, tujuan kita diciptakan dimiliki oleh yang menciptakan kita, yaitu Tuhan. Sampai pada syarat ketiga, secara sepihak, saya bisa saja menjawab kalau tujuan saya diciptakan adalah sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Dan saya akan berkata: tujuan hidup saya mungkin bisa sama dengan tujuan saya diciptakan/tujuan Tuhan menciptakan saya, tetapi tetap saja dua hal tersebut adalah dua hal yang berbeda. Oleh karenanya, dengan tetap mempertahankan syarat di atas, saya menjawab kalau pertanyaan ini tidak bisa saya jawab [hanya Tuhan yang bisa menjawab].


Bagaimana hubungan Anda dengan sesama manusia?


Seperti yang telah saya uraikan, pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang paling populer di era filsafat masa kini (filsafat postmodernisme). Tatkala ledakan populasi, perkembangan teknologi, dekadensi moral, kesimpang-siuran supremasi hukum, dan akulturasi tanpa batas agama + budaya terjadi di dunia yang semakin sesak, sangatlah menarik untuk menkaji secara filosofis hubungan sesama manusia.

Sekarang saya mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan membongkar pertanyaan ini menjadi pertanyaan-pertanyaan kecil. Anda yang mengambil kesimpulan dari jawaban-jawabannya nanti.

Di mana Anda berhubungan dengan sesama manusia?

Di ruang sosial. Ruang sosial itu terdiri dari berbagai sektor/wahana/ranah/wilayah. Terkadang saya berinteraksi dengan mereka di sekolah, di rumah, di lingkungan berumah tangga, di mal dan masih banyak lagi.

Apa masing-masing sektor punya ciri?

Pasti. Dan ciri-ciri itu memberikan saya opsi untuk berhubungan dengan orang dengan cara tertentu. Secara sederhana, opsi yang saya punyai untuk berhubungan dengan orang di sekolah berbeda dengan opsi yang ada di rumah. Perbedaan kemungkinan/opsi inilah yang mengindikasikan bahwa setiap sektor memang punya ciri sendiri-sendiri.

Berarti sektor menentukan kualitas dan kuantitas hubungan?

Saya jawab YA. Karena kalau saya jawab tidak bagaimana mungkin saya bisa mencap kualitas buruk untuk sektor diskotik dan tempat hiburan malam. Pun saya selalu mengalami kuantitas hubungan yang pastinya akan berbeda dikarenakan perbedaan opsi dan kualitas sektor itu sendiri.

Kalau demikian hubungan dengan manusia dibatasi oleh keterbatasan sektor secara spasial dan temporal serta secara potensial [maksudnya kita harus selalu mengikuti aturan yang ada di sektor tersebut]?

Hubungan dengan orang lain, tanpa atau dengan mengikutsertakan konsep sektor, memang selalu berada secara spasial dan temporal, sedangkan aturan yang berada dalam sektor memang menjadi sesuatu yang harus kita penuhi bila kita berada di ruang sosial. Tugas kita hanyalah menyelaraskan apa yang hendak kita lakukan dengan aturan tersebut.

Ruang sosial adalah tempat berhubungan, dan pastinya orang lain adalah objeknya?

Jangan sesekali menyebut orang lain sebagai objek hubungan sosial. Orang lain juga penting, ingin dianggap penting, sama seperti kita menganggap diri kita penting. Oleh karenanya, sebut saja hubungan dengan sesama manusia sebagai intersubjektivitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar