Minggu, 25 Desember 2016

Hati Hati Menjaga Hati

Hati-Hati Menjaga Hati

Sebagian manusia di abad modern saat ini, sudah melupakan satu dari dua sisi hati yang membentuk eksistensinya. Manusia lebih melengkapi dirinya dengan kemajuan teknologi yang canggih dan berbagai ilmu pengetahuan yang eksperimental. Namun, menanggalkan nilai-nilai kebajikan yang sangat dibutuhkan oleh ruh dan jiwanya. Pondasi kerohanian menjadi rapuh lantaran digerogoti hawa nafsu yang menistakan.
Dalam memahami konsep hati, perlu dibedakan hati dalam arti fisik dan hati dalam arti rohani. Hati dalam arti fisik yaitu daging sanubari, daging khusus yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di rongga dada sebelah kiri, yang berisi darah hitam kental sebagai sumber nyawa seseorang.
Adalah mudghoh (segumpal darah) sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah SAW yang sangat berpengaruh bagi kesehatan diri setiap manusia. Apabila kondisi segumpal darah itu baik, maka akan baiklah seluruh bagian tubuhnya. Sebaliknya, apabila segumpal darah itu rusak, maka akan rusaklah seluruh bagian tubuh tersebut.
Dalam hal ini, ulama berbeda pendapat mengenai makna kata mudghoh. Sebagian ulama menafsirkannya sebagai organ bagian dalam manusia yang disebut liver. Namun, mayoritas ulama berpendapat dengan menafsirkannya sebagai jantung dalam organ tubuh manusia.
Pertama, yang disebut dengan Qalb. Sesuai makna katanya yaitu: bolak balik atau memiliki sifat yang tidak stabil. Selalu memiliki potensi yang saling bertolak belakang, terjadi tarik menarik antara dua kutub yang saling bertentangan. Dua potensi itu adalah hal yang mengajak kepada kebaikan atau keburukan, ketaatan ataupun kemaksiatan.
Hati yang sehat adalah hati yang selalu memberikan potensi yang baik, menggerakkan kepada hal yang positif. Hati yang penuh dengan cahaya keimanan, yang akan membuat seseorang untuk memberi manfaat kepada sesama dan menjauhkannya dari perbuatan yang merugikan sesama.
Seorang muslim sejati seharusnya menghiasai hari-harinya dengan sesuatu yang membawa manfaat, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain, baik untuk kehidupan dunia maupun untuk tabungan kehidupan di akhirat nanti. Begitupun sebaliknya, hati seseorang yang terdapat penyakit hatinya akan menggerakkan perilakunya kepada hal-hal yang negatif dan menjerumuskan kepada keburukan dan kemaksiatan.
Kedua, kategori hati yang disebut Al Fuad. Makna Al Fuad lebih dekat kepada makna akal, yaitu hati yang mampu mempertimbangkan secara matang, sisi baik dan sisi buruk dari setiap perbuatan dan tindakan. Hati yang berani secara tegas memilih jalan kebaikan dan meninggalkan keburukan, hati yang lebih mengedepankan suara kebenaran dan menanggalkan kebatilan.
Ketiga, kategori hati Al-Lub. Lub adalah hati yang selain sudah mampu memilih kebaikan dan meninggalkan keburukan, di mana setiap kebaikan yang dilakukan adalah bentuk kecintaannya kepada Allah SWT, sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Sikap produktif seseorang dalam menjalankan nilai kebaikan dan kebajikan tidak mungkin dapat diraihnya apabila dalam kondisi hatinya yang dipenuhi dengan kedengkian, kebencian, kedzaliman, dan kegelapan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: Wahai anakku, apabila kamu mampu pada setiap pagi dan sore dan hati kamu tidak terdapat kebencian terhadap seorang pun, maka lakukanlah. Karena yang demikian itu adalah termasuk dari sunnahku, dan barang siapa menghidupkan sunnahku, maka dia mencintaiku. Barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.
Karenanya, seorang muslim harus berhati-hati dalam menjaga hatinya, dengan menjauhkan dari segala bentuk penyakit hati rohani seperti ghibah, buhtan, iri hati, dengki, hasud, sombong, dan berbagai penyakit hati lainnya yang bersumber dari lubuk hati ruhaninya.

Hati memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karenanya, hati secara fisik maupun rohani perlu untuk dijaga secara ekstra hati-hati. Menjaganya dengan pola hidup yang sehat sesuai tuntunan dari Rasulullah SAW, berdzikir mengingat Allah SWT Sang Pencipta Kehidupan Yang Maha membolak-balikkan hati dengan menjalankan segala bentuk perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, shalat fardhu dan menjalankan shalat sunnah, membaca dan mentadabburi makna isi kandungan Al Quran. Karena hati adalah organ manusia yang penuh dengan pancaran cahaya Ilahi, sebagai anugerah terbesar dari Allah SWT melebihi anugerah apapun.
Apalah arti kesempurnaan fisik dan materi, bila hati yang di miliki tumpul, gersang, tandus, keras, tidak terisi pancaran cahaya Ilahi.  Shaleh bin Abdul Qudus memberikan nasihat dalam syairnya, Berusahalah untuk tidak melukai hati, karena tidaklah mudah memulihkannya bila telah terluka.
Mahmud Sami Basya Al Barudi juga memberikan nasihat dalam pujangganya, Tinggalkanlah apa yang meragukan dan ambillah apa yang telah diciptakan untukmu, semoga hatimu yang beriman dapat mengambil manfaat.
Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada manusia sehingga dapat berhati-hati dalam menjaga hatinya, baik dalam wujud fisik maupun rohani, seraya mengangkat tangan, berdoa kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan. Amin Yaa Rabbal Aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar