Beberapa pertanyaan mendasar di Dalam Filsafat
Mari kita lihat beberapa pertanyaan mendasar yang menjadi refleksi para filsuf di dalam sejarah dan bagaimana mereka menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut?
Apakah indra kita seprti penglihatan sentuhan pendengaran rasa dan penciuman dapat member gambaran yang sebenarnya tentang dunia kepada kita? Apakah setiap kejadian memiliki sebab? dan jika setiap kejadian memiliki sebab, lalu dimana letak kebebasan manusia? Setiap manusia memiliki daging dan tulang. Akan tetapi manusia juga memiliki pikiran lalu apakah pikiran tersebut terpisah dari tubuh yang terbuat dari daging dan tulang . Dapatkah kita memiliki pikiran tanpa tubuh? apakah tubuh dan pikiran saling terkait satu sama lain? Jika ya, bagaimana penjelasannya? Di dalam dunia yang kita hidupi ini kita dapat melihat pola yang tetap dan berulang . Atas dasar itu, kita dapat merumuskan apa yang disebut sebagai hukum alam. Lalu kita menganggap hukum ini bersifat universal, yakni berlaku untuk siapa pun tak peduli dimana pun dan kapan pun. Bagaimana klaim tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara tradisional? Ketika kita menyatakan orang itu baik atau jahat, apakah kita sedang mengekpresikan penilaian secara subyektif? Lalu apakah moralitat melulu yangmenyangkut masalah subjektifitas kita? Apakh pemerintah memiliki legitimasi untuk menyeimbangankan kekayaan warganya, sehinggga mempersempit jurang antara kaya dan miskin? Apa yang membuat negara memiliki legitimasi?
Beberapa jawaban awal atas pertanyaan – pertanyaan di atas
Ada beberapa hal yang membuat kita tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut secaraa empiris. Misal dengan metode statiskis secara sosiologi atau ekonomi. Misal fisalafat pengetahuan terlebih dahulu mau bertanya tentang kesashihan panca indra dalam menangkap suatu peristiwa. Jika kita meragukan indra kita apakah kita dapat menganalisis indra tersebut ?
Terhadap mata, telinga kulit dan hidung kita, kita ragukan keberadaan penerimannya. Oleh karena itu dengan apalagikita bisa meneliti realitas? Memang kita telah mengembangkan berbagai alat yang mampu menganalisis lebih akurat dari indra kita, tetapi tetap saja kita mengandalakan indra kita untuk membuat alat indra tersebut.
Kita sudah menciptakan mikroskop super canggih. Tetapi kita tetap memerlukan indra kita untuk melakukan dan mengoperasikannya.
Dengan kata lain kita meragukan indra kita maka kita juga meragukan alat-alat tersebut. Akan tetapi kita dapat mengamati secara langsung bahwa setiap kejadian pasti memiliki sebab. Selanjutnya jika setiap kejadian memiliki sebab, bagaimana dengan kebebasan manusia? Olehnkarena jika semua peristiwa memiliki sebab segala sesuatu sudah ditentukan sebelumnyanoleh sesuatu. Jika begitu dimanakah tempat kebebasan manusia?
Saya hidup karena orang tua saya yang melahirkan saya . Saya berbuat baik karena orang tua saya mengajarkan kebaikan. Saya bisa berbicara karena saya sudah mempelajari bahasa yang sudah ada. Saya tidak bisa terbang karena fisik saya yang tidak memungkinkan terbang. Masih banyak contoh lainnya. Lalu apakah kita bebas?
Memang tindakan kita tampak bebas? Akan tetapi jika kebebasan adalah sebuah ilusi bagaimana kita sungguh sungguh tahu bahwa ini adalah ilusi? Artinya bagaimana kita sungguh tahu bahwa kita tidak bebas? Bukankah pengetahuan sampai taraf tertentu juga mengandaikan kebebasan?
Setiap ilmu pengetahuan selalu mengandaikan bahwa kita mampu mengambil jarak tertentu terhadap realitas. Lagi pula, pengambilann jarak mengandaikan bahwa saya tidak dipengaruhi sepenuhnyaoleh realitas. Inilah kebebasan. Jadi adanya pengetahuan dan ilmu pengetahuan, sebenarnya sudah mengandaikan kebebasan.
Seringkali pertanyaan atas jawababn tersebut menuntun ke pertanyaan pertanyaan lainnya. Kesulitan bertambah karena tidak ada fondasi yang pasti, dimana kita bisa merumuskan suatu jawaban. Biarpun begitu, filsafat mempertanyakan secara tajam asumsi yang telah kita percayai begitu saja sebelumnya. Lebih jauh lagi filsafat mempertanyakan proses penalaran untuk menguji asumsi asumsi tersebut. Memang, sulit untuk member jawaban ketika tidak ada satupun yang dapat menjadi pengandaian. Walaupun begitu ini juga lah yang membuat filsafat menjadi beitu lebih menarik. \
Setiap ilmu pengetahuan bisanya mempunyai titik tolak. Misalnya, sosiologi mengandaikan adanya manusia yang hidup dalam komunitas dengan perilaku yang kurang lebih bisa dianalisis dan prediksi. Ekonomi mengandaikan adanya manusia yang melakukan transaksi jual beli.
Filsafat adalah suatu aktifitas berfikir tanpa pengandaian apapun. Dengan begitu, filsafat mengajarkan ornag untuk berpikir radikal dalam arti positif serta mendalam tentang segala sesuatu. Filsafat tidak puas dengan jawaban yang terlalu harfiah. Filsafat ingin menggali sampai sedalam dalamnya.
Hal ini memnag menciptakan kesulitan sendiri bagi orang yang mau belajar filsafat. Akan tetapi hal ini pula yang membuat filsafat menjadi sedemikian menarik dan menantang.
SUMBER : Wattimena, Reza. 2008. Filsafat dan Sains. Jakarta: PT. Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar