Senin, 26 Desember 2016

Filsafat Zama Purba

FILSAFAT ZAMAN PURBA (600SM – 500SM)
Filsafat barat bermula di Yunani, beberapa hal penting pada masa ini diantaranya. Lahirnya Pre-Sokratisi yaitu filsafat alam mencari penjelasan daripada alam khususnya terjadinya segala-galanya dari prinsip pertama arche. Mashab Miletos; Thales (625 – 545); Anaximandros (610 – 546); Anaximenes (585 – 528)
Thales (625 – 545)
Ia dianggap sebagai filsuf pertama di Yunani, seorang filsuf yang berusaha menemukan arkhe (asas atau prinsip) alam semesta. Menurutnya prinsip pertama alam semesta adalah air, semua berawal dan berakhir di air, tidak ada kehidupan tanpa air, tidak ada satu mahluk hidup yang tidak mengandung unsur
air, demikian juga kebutuhan tubuh manusia yang berupa air. Sebagaimana para ilmuan kedokteran terkini menyebutkan bahwa unsur terbanyak dalam tubuh manusia di atas 80% adalah air.
Anaximandros (610 – 546)
Ia adalah murid Thales sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya iapun mencari arkhe namun baginya arkhe yang sejati bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh pancaindera malinkan sesuatu yang tidak tampak menurutnya prinsip utama yang mendasari segala galanya bukanlah air melainkan to opeiron (yang tak terbatas) alasannya sesuatu fisik pasti berubah sedangkan yang berubah pasti bukan arkhe.
Anaximenes (585 – 528)
Menurutnya asal usul segala sesuatu adalah udara. Kenapa udara? Karena udara merupakan bahan dasar yang membentuk semua benda yang ada dalam alam semesta.

Jika kumpulan udara sangat banyak maka ia berubah bentuk menjadi awan atau sesuatu yang dapat dipandang mata, jika basah maka ia menjadi air hujan, dan
jika awan menjadi semakin padat, maka ia menjadi tanah atau batu atau bahkan badan manusia.

Filsuf ilmu pasti dan metafisika; Pythagoras (570 – 490 SM); Herakleitos (535 – 475); Parmenides (sekitar abad ke-5 SM); Zeno (490 – 430 SM).

Disamping mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan tentang asal-usul alam semesta, para filsuf di atas justru memfokuskan diri untuk mengembangkan keilmuan pasti dan metafisika seperti
Pythagoras (570 – 490 SM)
menyusun aktaf-oktaf (music) yang bisa dibaca berdasarkan bilangan (matemati); menurutnya nada-nada (dalam music) dikuasai oleh hokum-hukum matematis sehingga untuk menguasai nada-nada diperlukan kemampuan memahami angka-angka.
Herakleitos (535 – 475)
Membahas mengenai metafisika. Menurutnya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini mengalir, berubah-ubah. Tidak ada sesuatupun yang tinggal mantap tanpa mengalami perubahan (phanta rhei kai uden menei).
Parmenides (sekitar abad ke-5 SM)
tokoh yang membahas tentang ontology, ia menggunakan istilah-istilah yang biasanya ditemukan dalam ontology yakni “ada (being) dan “tidak ada” ( non-being). Kajian mengenai ontology dewasa ini seperti yang dilakukan Heidegger tidak akan bisa melepaskan pembicaraan akan ontology Permides.
Zeno (490 – 430 SM)
Murid paling cerdas dari Permenides menurutnya gerak atau perubahan tidak mungkin. Ia mengajukan beberapa pemikiran penting tentang: argumentasi melawan gerak (perubahan); argumentasi melawan pluralitas; Argumentasi melawan ruang. Pemikirannya sangat penting dan berdasarkan pada pemikiran-pemikiran yang logis dan orisinal. Konon argumentasi yang diajukannya banyak mengilhami dan memengaruhi para filsuf ahli matematika, ahli fisika dan siswa sekolah di Yunani selama berabad abad.

Filsafat dalam mencari penjelasan daripada alam tersebut selanjutnya bergeser pada penyelidikan pada manusia, oleh karena filsafat alam tidak memberikan jawaban yang memuaskan hadirlah sikap dari kaum sofis (pedagang pengetahuan) yang dilanjutkan dengan pencarian sintesa antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia hingga berlanjut pada pergeseran etika dan perkembangan baru Neo-Platonisi, bersikap religious, kebatinan.

Dilain sisi jauh sebelum lahirnya filsafat yunani telah ada beberapa kondisi yang perlu untuk kita ketahui, suatu kondisi yang kelak berperan penting bagi pemunculan pemikiran filsafat yunani itu sendiri. Kondisi-kondisi tersebut sebagaimana yang dikemukakan Bertens (Abidin, Z, 2012: 82) diantaranya.

Mitologi, kesusasteraan, pengaruh ilmu pengetahuan dari bangsa timur (Mesir dan Babilonia), serta kehidupan sosial politik.
Mitologi
Jauh sebelum filsafat yunani itu ada masyarakat telah mengenai mite-mite yang berfungsi sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai teka-teki atau misteri alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh masyarakat yunani pada saat itu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya mengenai asal-usul alam semesta, sebab-sebab bencana (seperti gempa bumi); sebab-sebab gerhana dan sebagainya. Contoh mitos yang sangat terkenal yaitu mengenai sebab-sebab terjadinya gempa bumi. Mengapa terjadi gempa bumi.? Pada saat itu masyarakat yunani menyakini bahwa dewa Poseidon yakni seorang dewa penjawa bumi dan laut sedang marah dan ingin memberikan hukuman pada penghuni bumi (manusia) dengan cara menggoyang-goyangkan bumi. Mite-mite seperti itu merupakan upaya masyarakat Yunani untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang misteri alam semesta.
Kesusasteraan
Masyarakat Yunani telah lama mengenal kesenian khususnya kesusasteraan seperti pada tahuan 850SM terbit Puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea sebuah karya seni yang hingga saat ini masih sangat terkenal. Sejumlah ahli dalam psikologi dewasa ini menyakini bahwa kesenian termasuk kesusasteraan yang dapat memperhalus emosi dan meningkatkan kecerdasan. Berangkat dari pandangan tersebut filsafat Yunani hanya bisa lahir dan berkembang dari masyarakat yang memiliki kehalusan perasaan dan ketajaman intelektual, kesusasteraan dapat memperhalus perasaan dan mempertajam kecerdasan manusia Yunani pada saat itu.
Pengaruh ilmu pengetahuan dari bangsa timur (Mesir dan Babilonia)
Selain di Yunani pada saat yang sama dibeberapa negara lainpun berkembang pemikiran-pemikiran intelektual. di Mesir misalnya, telah berkembang ilmu ukur berawal dari upaya pengukuran ketinggian air sungai Nil. Dengan mengetahui ketinggian air yang aman, mereka dapat melakukan perdagangan dan perjalanan.

Orang Yunani belajar ilmu seperti itu dari bangsa Timur, namun mereka belajar dan menggunakan ilmu itu bukan hanya untuk tujuan praktis melainkan juga teoritis, tidak untuk jangka pendek sebagaimana untuk berdagang atau melakukan perjalanan melainkan untuk ilmu itu sendiri. Mereka belajar dan mengembangkan ilmu untuk menemukan kebenaran.
Sosial Politik
Pemerintah Yunani Kuno sering disebut sebagai cikal bakal pemerintah demokratis. Ini dapat dipahami karena di negara ini diterapkan kehidupan sosial
politik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut pertama setiap warga negara memiliki otonomi dalam bidang hokum dan memiliki kemerdekaan politik untuk mengemukakan pendapat. Kedua ada “negara-negara bagian” yang disebut polis. Kondisi polis saat itu sangat kondusif untuk perkembangan intelektual. disetiap polis terdapat agora (pasar), tempat dimana warga negara bukan hanya melakukan transaksi ekonomi (jual beli barang) melainkan juga tempat belajar dan memberi pengajaran (pendidikan). Dengan kondisi dan latar belakang seperti itu mereka berusaha berpikir sendiri untuk menemukan jawaban tentang asal usul alam dan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar