Rabu, 28 Desember 2016
Bertanya secara Filosofiah
Anda kenal diri Anda (siapa Anda sebenarnya)?
Terdiri dari unsur apa sajakah Anda?
Dimanakah Anda semestinya (hakikatnya)?
Apa tujuan Anda diciptakan ke dunia?
Bagaimana hubungan Anda dengan sesama manusia?
Bagaimana hubungan Anda dengan Tuhan (apakah Anda juga kenal)?
Namun, sebelum saya menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas saya merasa perlu memberikan komentar-komentar tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Bertanya secara filosofis, menurut saya, merupakan bagian terpenting dari keseluruhan ranah berpikir filosofis. Dari pertanyan-pertanyaan itulah, nantinya, akan lahir berbagai jawaban-jawaban filosofis. Selanjutnya, pertanyaan dan jawaban tersebut berkelindan menjadi satu-kesatuan sistem filsafat. Terhadap pertanyaan Anda, tanpa memiliki prasangka apapun, saya beranggapan bahwa pertanyaan tersebut adalah mode-mode pertanyaan klasik dalam filsafat. Seluruh pertanyaan di atas, sedikit-banyak, harus diakui merupakan pertanyaan-pertanyaan yang telah coba dijawab oleh banyak filsuf mulai era awal perkembangan filsafat di Yunani. Pertanyaan di atas mulai dijawab secara intensif dan lebih mengarah ke akar-akarnya oleh Plato.
Pertanyaan nomor satu adalah pertanyaan yang cukup populer dalam dunia filsafat. Hampir semua sistem filsafat dari yang paling awal hingga filsafat postmodernisme mencoba menjawab pertanyaan ini. Kasus yang sama hampir serupa terjadi pada pertanyaan nomor lima. Akan tetapi, pertanyaan ini kurang memiliki gaung di awal kemunculannya. Belakangan, pertanyaan nomor lima memang menjadi trend diskusi filsafat dibandingkan pertanyaan nomor satu, apalagi setelah lahirnya ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan semacam sosiologi dan antropologi. Walaupun demikian, pertanyaan nomor satu tetap bisa dijadikan bahan diskusi yang menarik mengingat munculnya bidang ilmu yang meneliti secara khusus jiwa manusia: psikologi.
Di lain pihak, pertanyaan-pertanyaan lain merupakan pertanyaan yang sudah jarang dipertanyakan dalam kancah filsafat saat ini. Memang, ada aliran filsafat semacam filsafat semacam filsafat parennial yang kembali mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Akan tetapi, kualitas dan kuantitas jawaban dari pertanyaan selain pertanyaan nomor satu dan nomor lima memang sudah jauh menurun seiring dengan berakhirnya era filsafat idealisme yang digawangi Hegel.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar