Selasa, 06 Desember 2016

Arti Benar

Arti Benar

 Hukum-hukum , asas-asas, patokan-patoka logika membimbing akal menempuh jalan yang paling efisien untuk menjaga kemungkinan salah dalam berfikir. Lantas apakh arti benar itu?
Benar pada dasarnya adalah persesuaian anatara pikiran dan kenyataan. Kita akan berkata bahwa proporsisi berikut adalah salah; Batu hitam tenggelam dalam air raksa; Batu lebih ringan dari pada kapuk; Kepada nabi Musa Allah menuruinkan Al Quran. Sebaliknya kita mengakui kebenaran dari proporsisi berikut; Bumi bergerak mengelilingi matahari; Napoleon adalah panglima perang yang ulung; Besi lebih berat dari pada air tawar. Apakah dasar kita menentukan itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah sesuai tidaknya proporsisi-proporsisi itu dengan kenyataan sesungguhnya.
Ukuran kebenaran kedua adalah adanya persesuainnya atau tidak adanya pertentangan dalam dirinya.  Suatu pernyataan dikatakan benar manakala ia tidak mengandung pertentangan dari awal hingga akhir. Pernyataan serupa; Ia adalah seorang jujur yang suka menipu; Fatimah adalah sibisu yang pandai berdebat; Diantara bentk yang bulat adalah persegi adalah pernyataan memperkosa prinsip yang disebut pertama oleh yang kemudian.
Juga salah, cara berpikir; Semua orang Kauman adalah orang muslim; Budi orang kauman maka budi adalah orang katolik; Semua filosof itu cerdas, Alfarabi adalah filosof, maka ia bodoh; Semua mahasiaswa IAIN berpeci, Hasan adalah mahasiswa IAIN, maka hasan berdasi.
Pertentangan dalam pemikiran tidak saja terdapat dalam pernyataan yang pendek seperti terlihat dengan adanya dua kata yang bertentang atau dalam pengambilan kesimpulan yang keliru tetapi juga dalam uraian. Seorang hakim yang cerdas akan melihat tidak adanya persesuaianisi pembelaan si tertuduh meski berpuluh-puluh halaman panjangnya.
Pertentangan dalam pikiran juga terdapat dalam pernyataan yang tidak dapat di tangkap pengertiannya. Pernyataan yang dimaksud seperti; Tuhan dapat memasukan benda volume 50 cm3 kedalam benda bervolume 10 cm3,  Tuhan dapat menciptakan makhluk yang tidak mempunuai sifat kemakhlukan; Tuahn dapat mencipta aroma yang lebih besar dari molekulnya; Tuhan dapat membuat tongkat berujung satu.
Pernyataan ini yang dapat menjadi permasalahan dalam ilmu Kalam, sesungguhnya tidak perlu dirisaukan seandainya kita menengok sejenak kepada Logika. Bagi logika pernyataan tersebut adalah salah karena ia menghasilkan maksud yang bulat. Pernyataan tersebut sama salahnya dengan pernyataan ; Ia adalah seorang buta huruf yang pandai membaca.

SUMBER : Mundiri. 1994. Logika. Jakarta: Rajawali Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar